Jurnal Bogor, 12 April 2010
Rubrik: Jurnal Sukabumi
SUKABUMI - Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIE PGRI Sukabumi, Asep Deni memprediksikan Pilkada Kabupaten Sukabumi akan mengkerucut pada persaingan tiga pasangan calon Bupati yang diusung partai politik. Ketiga pasangan itu yakni Sukmawijaya – Akhmad Jajuli (MAJU), Marwan Hammami – Usman Effendi (MU), dan Hasymi Romli – Iman Adinugraha (BERHASIL). Hanya saja, dari ketiga calon kuat itu sangat kecil kemungkinan menang dalam satu putaran.
”Berdasarkan analisis saya, tidak akan ada pasangan calon yang bisa meraih suara lebih dari 30 persen pada Pilkada putaran pertama. Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya Pilkada dalam dua putaran. Salah satu faktor itu karena Pilkada akan diikuti tujuh pasangan calon,” ungkap akademisi yang juga merangkap Dewan Pakar Pusat Kajian Kebijakan Hukum dan Ekonomi (PK2HE) ini.
Menurutnya, tujuh pasangan yang akan tampil di arena Pilkada Kabupaten Sukabumi memiliki kekuatan massa yang hampir berimbang. Sehingga secara matematis suara pemilih akan terdistribusi cukup merata. Apalagi pola pendekatan yang dilakukan seluruh pasangan calon untuk menarik simpatik massa semuanya sama.
”Segmen dan metode yang dipakai seluruh pasangan calon untuk meraih dukungan massa pada intinya sama. Mereka melakukan kegiatan sosialisasi dengan cara menghadiri pengajian atau mendekati para tokoh masyarakat. Saya tidak melihat ada pasangan calon Bupati yang memiliki metode istimewa untuk meyakinkan masyarakat pemilih,” katanya.
Bahkan, kata Deni, seluruh pasangan calon tidak memiliki kemasan isu yang bisa menjadi daya tarik bagi pemilih. Seluruh pasangan calon hanya berkutat pada isu program pembangunan yang selama ini sudah berjalan. Bahkan hampir setiap pasangan calon menawarkan program yang terkesan menjelek-jelekan pasangan lainnya.
Dijelaskan Deni, ada sebuah peluang Pilkada Kabupaten berlangsung hanya satu putaran. Tetapi ongkosnya agak lumayan cukup mahal. Peluang Pilkada satu putaran bisa terjadi apabila ada pasangan calon yang berani menerapkan konsep political marketing dengan syarat harus siap menyewa jasa konsultan politik.
”Tanpa melibatkan konsultan yang ahli di bidang political marketing, sulit bagi pasangan calon bupati menang dalam satu putaran. Memang para tim sukses banyak yang meniru konsep political marketing. Namun tanpa didukung keahlian yang memadai, tim sukses juga akan terjebak pada pola yang konvensional,” ujarnya.
Di luar tiga pasangan kuat itu, Deni tidak manafikan akan muncul kekuatan lainnya dari satu pasangan calon independen. Sayangnya, pasangan ini tidak punya dukungan kuat dari calon wakil Bupatinya. Sehingga pasangan independen itu pun akan kesulitan untuk bersaing dengan pasangan lainnya yang diusung partai politik.
”Paling tidak, pasangan calon independen bisa menarik keuntungan ketika tiga pasangan calon kuat tengah bertarung habis-habisan,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar